Saat Yang Tepat Belanja Saham

Pada Tangal 29 June 2020 | Dilihat 1034 Kali

Meskipun bursa saham di Indonesia tidak setua di Amerika (New York Exchanges) yang telah berusia ratusan tahun, namun return atau imbal hasil dari pasar modal Indonesia sangat menjanjikan. Gambar dibawah mengilustrasikan pertumbuhan dari IHSG dari awal hingga highest (Januari 2020) saat ini, dengan rata-rata keuntungan per tahunnya berkisar 16-18% diluar dividen. Return yang tidak akan teman-teman dapatkan ketika berinvestasi diinstrumen lainnya seperti tabungan, deposito, emas bahkan obligasi.

Narmada Investama

Bahkan di tahun 2017, return dari IHSG merupakan yang terbesar selama 10 tahun terakhir di dunia yakni sebesar 200% dan mengguli bursa Amerika juga. Jika kita ambil satu contoh saham yakni Unilever (tentu teman-teman tahu produknya) yang telah listing selama 30 tahun (awal 80an), dan sekarang saham Unilever telah naik kurang lebih 2.200% atau 22 kali lipat! Jika dulu investasi teman-teman senilai Rp 100 juta, mungkin sekarang sudah menjadi Rp 2,2 miliar. Jadi ungkapan kaya sambil tidur di pasar modal itu memang benar adanya.

Karena pertumbuhan dari IHSG yang begitu pesat tidak sedikit orang yang bingung untuk menentukan sebaiknya mulai investasi sekarang atau nanti saja, nunggu IHSG turun dulu? Turun sampe mana? Karena kemungkinan teman-teman tidak akan mendapatkan saham Unilever, Bank BCA, BRI dan Astra Internasional pada harga yang sangat murah pada ekonomi yang ekspansif. Jadi, kapan waktu terbaik untuk membeli saham? Jawabannya adalah saat MARKET CRASH!

Market crash atau kejatuhan pasar saham adalah suatu peristiwa yang terjadi pada bursa saham yang ditandai dengan penurunan dramatis secara tiba-tiba pada seluruh saham. Di Indonesia, pernah terjadi 6 kali market crash dari sejak awal diaktifkannya kembali pasar modal. Periode tersebut yakni pada tahun 1991 (IHSG turun 41%), tahun 1994 (IHSG turun 20%), tahun 1997 (IHSG turun 37%), tahun 2000 (IHSG turun 38%), tahun 2008 (IHSG turun 51%) dan tahun 2015 (IHSG turun 12%). Pemicunya bervariasi bisa dari perlambatan ekonomi maupun bencana alam. Namun hal mendasar selalu disebabkan oleh siklus ekonomi yakni dari aktivitas hutang atau kredit yang dapat anda perhatikan pada gambar yang diilustrasikan oleh Ray Dalio dibawah ini.

Narmada Investama

Garis equilibrium siklus ekonomi jangka pendek (ekspansi, puncak, resesi, dasar) berpusat pada kurva siklus jangka panjang. Dan garis equilibrium siklus ekonomi jangka panjang berpusat pada garis produktivitas. Menurut Ray Dalio berdasarkan kejadian masa lalu, siklus hutang jangka panjang berdurasi sekitar 50 sampai 70 tahun. Sedangkan siklus hutang jangka pendek berdurasi sekitar 5 sampai 10 tahun. Jadi, resesi umumnya dapat terjadi selama 10 tahun sekali (potensi berulang).

Di tahun 2020, secara YTD IHSG telah turun sebesar -24% dan sudah tergolong market crash. Penyebab crash di tahun ini cukup unik dan sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yakni karena virus COVID-19 dan belum menemui titik terang karena vaksin belum tersedia. Penyebaran yang begitu masif mengharuskan beberapa negara melakukan tindakan preventif seperti phsycal distancing dan paling miris yaitu lockdown. Dampak dari lockdown atau PSBB yang dilakukan di berbagai daerah di Indonesia telah terbukti memperlambat pertumbuhan ekonomi yang mana di Kuartal I 2020 ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2,97% jauh dibawah ekspektasi sebesar 5%. Sedangkan negara besar seperti AS dan China masih-masih terkoreksi sebesar -4,8% dan -6,8%.

Apakah setiap krisis atau resesi merupakan akhir dari segalanya? Ekonomi tidak akan tumbuh lagi? Menurut kami tidak. Sesuai dengan pola siklus ekonomi diatas, akan selalu ada big restart ekonomi yang mana akan memberikan big opportunity bagi mereka yang dapat memanfaatkan peluang tersebut. Sebut saja saat krisis di tahun 2008 yang merupakan krisis terparah sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, dimana IHSG turun lebih dari 51%. Krisis di tahun 2008 sebenarnya lebih didominasi oleh faktor eksternal yakni subprime mortgage di Amerika yang mana orang-orang terlalu optimis dalam membeli properti hingga terjadi bubble dan tidak bisa membayar hutang pada waktu jatuh tempo dan mengakibatkan kejatuhan di sektor perbankan seperti Lehman Brother. Namun, dari kejatuhan seluruh pasar saham di dunia, IHSG termasuk cukup cepat mengalami recovery, karena memang secara fundamental tidak terlalu berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia yang mana hanya menimbulkan panic selling. Berdasarkan data yang telah kami himpun, jika saja anda membeli saham-saham dibawah ini saat krisis tahun 2008, mungkin saat ini teman-teman bisa saja memilih pensiun usia dini atau telah mencapai financial freedom.

 Narmada Investama

10 saham tersebut merupakan saham dengan kapitalisasi terbesar ketika krisis tahun 2008 dan mengalami recovery yang sangat cepat berselang beberapa tahun setelah krisis, jika di hold sampai sekarang sudah tidak tanggung-tanggung capital gain yang dihasilkan belum lagi dividennya. Salah satu legenda grup Djarum yang sukses meraup cuan dari membeli saham BCA tatkala krisis ialah Robert Budi Hartono dan Michael Hartono. Harta kekayaan kedua orang terkaya di Indonesia ini pada periode krisis tahun 2009 ke 2010 naik dari 7 miliar dolar AS ke 11 miliar dolar AS. Hingga saat ini, kekayaan kedua orang itu tercatat sudah menyentuh 13,4 miliar dolar AS. Selain, Budi Hartono bersaudara, sebenarnya masih banyak lagi kisah sukses pasca krisis di Indonesia namun tidak banyak yang ingin menampakkan dirinya. Salah satunya, Lo Kheng Hong. Sosok dari Lo Kheng Hong sangat jarang didenger jika teman-teman tidak berkecimpung di dunia pasar modal. Lo Kheng Hong bukanlah seorang pebisnis melainkan seorang pegawai bank (tata usaha) dengan gaji pas-pasan yang resign untuk menjadi investor saham. LKH juga dijuluki sebagai Warren Buffett Indonesia karena kepiawaiannya dalam menemukan saham mutiara terpendam. Pernah tersebar berita jika harta kekayaan LKH dari investasi saham hingga saat ini telah mencapai triliunan rupiah. Sangat fantastis bukan? Jadi kejatuhan pasar saham di tahun 2020 merupakan peluang bukan ancaman, bagi mereka yang selalu belajar dari sejarah dan tentunya kesuksesan adalah milik mereka yang selalu take action!